Pre- Quarter Life Crisis , perasaan insecure yang tak berkesudahan
by
Anchan
- April 17, 2017
Lulus sekolah - lulus kuliah - kerja - banyak uang - nikah - hidup bahagia - punya anak - punya cucu - punya cicit - pergi kesurga dengan suka cita . Itulah mind set mainstream yang kita pikirkan ketika belia.
Pas kita
SMP pengen cepet lulus dan masuk SMA , pengen cepet ngerasain jadi anak
yang katanya udah gede , udah banyak yang bisa dilakukan dan bisa
ngambil keputusan , padahal mah kebanyakan cuma pengen dibolehin pacaran
(ini mah gue sih) , tapi nyatanya mental gak jauh beda sama SMP . Pas
SMA pengen cepet-cepet lulus dan ngerasain jadi anak kuliahan , yang
(lagi-lagi) katanya keren ,terbebas dari seragam dan PR yang menggunung
tapi tanpa sadar kita gak tahu bahwa SMA adalah zona nyaman terakhir
yang kita punya sebelum menghadapi fase "menuju dewasa".
Sekarang umur gue 23 tahun , bulan depan udah 24 tahun . Terlalu tua buat disebut remaja , terlalu kekanakan buat dibilang dewasa . Dulu , pas umur gue masih belasan tahun , gue meyakini akan ada perubahan besar di hidup gue ketika memasuki 20 tahun , gue meyakini adanya pencapain-pencapaian yang luar biasa . Sekarang umur gue 23 tahun , bulan depan 24 tahun , dan ekspetasi gue tentang pencapaian hebat di umur 20 tahun , sayangnya , belum terjadi .
Dan parahnya gue mengalami sindrom yang seharusnya terjadi saat orang-orang memasuki umur 25 tahun . Quarterlife crisis .
Apa yang dimaksud dengan quarterlife crisis?
Kondisi krisis
dan depresi yang dialami oleh seseorang di saat memasuki usia 25 ini
sering disebut dengan quarter-life crisis. Menurut studi asal Inggris,
quarterlife crisis adalah masa di mana seseorang yang berusia 25 tahun
mulai merasakan berbagai persoalan dalam hidup. Ia merasa khawatir
berlebihan akan pekerjaan, utang-piutang, kondisi keuangan, hubungan
asmara, dan permasalahan dewasa lainnya yang baru saja dimulainya.
Jadi , beberapa bulan ini gue ngerasa amat insecure tentang hidup gue , sering banget kepikiran " kok hidup gue jadi gini " "kok gue masih gini-gini aja ya" " kok gini kok gitu".... maki lama frekuensi mikirin "soal hidup"-nya makin intense , bahkan udah sampe bikin gue takut dan nangis , iya .. gue nangis cuma gara-gara gak bisa jawab pertanyaan yang gue bikin sendiri . sangat amat drama sekali.. but I can't help think about it .
Gue merasa hidup gue ini udah out of track dari semua yang gue rencanakan , literally dari berbagai aspek , dari mulai pendidikan , karir , relationship , keluarga , self-improvement . bener-bener jauh dari ekspektasi , not even close . Pencapaian terbesar gue adalah punya nilai yang bagus-bagus meski gue kerja sambil kuliah , tapi buat apa? sampe sekarang lulus juga belum . Skripsi gak seindah yag gue pikirin , sebenernya materi skripsi gue sama sekali gak bermaslah , sedikit revisi udah acc buat seminar , tapi bagian gregetnya ada di bagian pembimbng yang gak bisa diajak kerja sama , ditambah lagi ego gue yang segede gunung ,dan susah buat didamaikan . Disatu sisi , gue gak mungkin berenti kerja gitu aja karena gue ngerasa hidup gue bukan tanggungan orang tua lagi . Ini dilema yang bertahun-tahun yang harus gue hadapi.
Disaat gue liat temen-temen yang lain masih asik maen , sibuk sama organisasi kuliahnya , gue udah kenalan sama berbagai macam kerjaan sepaket dengan atasan dan rekan kerja yang beragam . Meniti karir sejak dini itu gak gampang , tujuan gue itu sukses tapi ternyata prosesnya gak mulus . Gak ada kata "temen" dalam kerjaan , sebaik-baiknya orang kantor ada saatnya dia gak bisa bantuin lo , bahkan kadang ada coba jatohin lo ampe nyungseb , dan lo harus deal dengan orang yang kayak gitu . Itu hal yang lumrah pas di lingkungan kerja.
Disini , gue kuliah dan hidup jauh dari orang tua , hidup di lingkungan yang amat berbeda dengan keluarga dan lingkungan gue hidup dulu . Mengingat gue ini introvert , sangat susah buat gue buat berkomunikasi dengan orang baru , bagi sebagian orang gue ini sombong , acuh , dan hal-hal yang bahkan enggak pernah gue pikirin buat ngelakuin yang dituduhkan , abis personality gue emang keliatannya membosankan dan bodo amat . Disini gue pernah ngerasain sempet kayak direndahin orang , disalah pahamin , didzolimin sampe level gak masuk akal . Tapi gue bisa apa? dari lahir cuma bisa nangis , bisa sabar , bisa berdoa (itupun kalo didenger) gue gak pernah melakukan pembelaan diri mau difitnah sehebat apapun , "biar waktu yang nunjukin" kira-kira begitulah yang selalu gue pikirin . Tapi tetep aja bikin stress mau disabar-sabarin juga , sampe kapan gak bisa bela diri sendiri .
Gue ngerasa semua yang gue udah lakuin gak berhasil , semuanya . Termasuk relationship , sepanjang 4 tahun gue pacaran sampe sekarang gue masih kepikiran fungsi gue pacaran gue apa, 4 taun masih begini-begini aja , rencana kedepan masih remang-remang . Gue jadi terlalu melankolis , kadang jadi sangat egois , dan jadi orang yang bahkan gak gue kenal .
The struggle is real , gue mencoba melawan rasa depresi dan insecure dengan sisa-sisa logika yang gue punya , dan akhirnya gue ngerti kenapa gue bisa kena pre-Quaterlife crisis ini , ini terjadi karena gue belum berhasil mencapai target-target yang gue buat sendiri dan gue gak bisa berdamai dengan kenyataan itu . Susah.. tapi gue harus berusaha buat keluar dari krisis ini , gue gak pengen sepanjang hidup ngerasa insecure . Gue pengen mencet tombol restart di hidup gue , hidup kembali dengan pelajaran yang udah gue dapet , memeluk kekurangan gue , berdamai sama diri sendiri .
Gue memustukan untuk menyelesaikan apa yang gue mulai , gue bakal berhenti kerja , dan fokusin pendidikan gue , karena gue udah punya cukup pengalaman dalam bekerja . Gue juga udah mulai seriusin usaha kecil gue , jadi beban orang tua gue gak gitu gede , ngelakuin yang terbaik yang gue bisa , tanpa menyesali banyak hal , mencoba lebih terbuka dengan nulis blog kayak gini karena sepanjang gue curhat sama orang gak pernah nemu solusi hahahaha. gue ngerasa emosi gue udah mulai stabil buat ngadapin kenyataan yang bakal terjadi , gue butuh suasana hidup baru , gue pengen banget pindah dari tempat yang sekarang , bukan karena gak nyaman , karena gue ngerasa gue harus mulai bergerak .
"All things past is in the past
They all have a meaning
Sing to the one who left Say that you loved without regrets
You went through so many difficult things You lost that newness
All of the hardships Brush them all off"
They all have a meaning
Sing to the one who left Say that you loved without regrets
You went through so many difficult things You lost that newness
All of the hardships Brush them all off"
lee juck - Don't worry dear ( Reply 1988 ost)